19
Apr
09

CBT (Cognitive Behavioral Therapy) – REBT (Rational Emotive Behavioral Therapy)

Tokoh CBT : Beck ; Tokoh REBT : Albert Ellis ; Pada awalnya Beck dan Albert Ellis adalah psikoanalis.
Beck menemukan bahwa kognisi pasien memilik dampak yang luar biasa terhadap perasaan dan perilaku pasien tersebut = kesulitan emosional dan perilaku yang dialami seseorang dalam hidup disebabkan oleh cara mereka menginterpretasikan dan memahami berbagai peristiwa.
Beck mengemukakan apa yang disebut Model Distorsi Kognitif:
=> pengalaman berupa ancaman akan berakibat hilangnya kemampuan memproses informasi secara efektif (distorsi kognitif). Atau situasi yang mengancam dapat menyebabkan:
Tekanan psikologis
Pemrosesan kognitif normal tidak berjalan sempurna
Persepsi dan interpretasi terhadap suatu situasi menjadi sangat selektif, egosentris, dan rigid.
Fungsi korektif (mengetes realitas dan penyaringan konseptualisasi global) melemah.
Penurunan kemampuan untuk “mematikan” pemikiran menyimpang.
Penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi terhadap pemikirannya.
Penurunan kemampuan untuk mengingat pemikirannya.
Penurunan kemampuan untuk menjelaskan pemikirannya.
Beberapa jenis distorsi kognitif adalah:
Generalisasi berlebihan: menarik kesimpulan umum dari bukti yang terbatas.
Contoh: seorang gagal melewati ujian mengemudi kali pertama, maka ia mungkin akan menggeneralisasi hal tersebut secara belebihan dengan menyimpulkan tidak perlu repot-repot untuk mencoba kedua kalinya karena ia tidak akan pernah bisa lulus.
Pemikiran dikotomis (dichotomous thinking): melihat situasi dari kerangka kutub yang berlawanan.
Contoh:
– seseorang melihat dirinya sebagai yang terbaik, waktu ia melihat bahwa ia tak mampu mencapai kompetensi puncak, orang ini merasa gagal total.
– seseorang melihat orang lain sebagai orang yang benar-benar “jahat” atau “baik”.
Kecenderungan untuk membayangkan berbagai peristiwa yang ada pasti berkaitan dengan tindakannya, walaupun tidak ada koneksi yang logis yang dapat dibuat antara peristiwa tsb dengan tindakannya.
Contoh: dalam hubungan berpasangan, salah seorang melihat pasangannya tidak bergairah, lalu hal itu dianggap karena pengaruh dari perilakunya, terlepas dari adanya bukti yang cukup (menyalahkan dirinya, menganggap pasangannya tidak bergairah karena dirinya). Padahal bisa saja pasangannya itu tidak bergairah karena tekanan pekerjaan, atau sumber eksternal yang lain.
Kesimpulan yang berubah-ubah (arbitrary inference): jika saya gagal dalam ujian hari ini maka saya pasti seseorang yang benar-benar bodoh)
Personalisasi: tukang gas terlambat datang karena semua yang ada di kantor tersebut membenci saya.
Berhubungan dengan distorsi kognitif, Williams (1996) telah melaksanakan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang yang cemas, yang sedang mengalami pengalaman hidup yang sulit, sering kali kesulitan dalam mengingat peristiwa menyakitkan tersebut secara detail. Ini dinamakan distorsi memory. Memori mereka telah melakukan generalisasi berlebihan sehingga mereka mengingat “sesuatu terjadi”, tapi mereka tidak mampu mengingat detil peristiwa tersebut.
Dalam terapi: klien dibantu untuk memperhatikan “dialog internal”, yaitu aliran pemikiran otomatis yang mengiringi dan membimbing aksi mereka  sehingga mereka akan dapat memilih pernyataan diri yang tepat, dan jika perlu mengemukakan pemikiran dan ide baru yang akan mengarah kepada hidup yang lebih memuaskan.
Ellis menemukan bahwa masalah emosional sebenarnya disebabkan oleh pemikiran yang irasional, atau keyakinan-keyakinan yang keliru. Walaupun pemicu masalah emosional adalah pengalaman-pengalaman nyata dan memang benar-benar menyebabkan penderitaan, namun sesungguhnya keyakinan irasional kitalah yang memperumit dan memperbesar persoalan.
Teori REBT dimulai dengan ABC.
A = activating experiences = pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan.
B = beliefs = keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.
C = consequence = konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negative seperti panic, dendam, dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-keyakinan yang keliru.
Ellis mengemukakan 12 Ide Irasional yang menyebabkan dan memperparah neurosis:
1.Ide bahwa tiap orang dewasa pasti merasa ingin dicintai orang lain atas segala yang dia lakukan – bukannya gagasan yang memfokuskan perhatian pada apa yang dia lakukan demi mencapai tujuan-tujuan praktis demi kepentingan orang lain, atau gagasan untuk mencintai orang lain ketimbang selalu menuntut cinta dari orang lain.
2.Ide bahwa ada tindakan-tindakan tertentu yang jelek dan merusak, dan pelakunya mesti dikecam karena tidak tahu malu – bukannya gagasan bahwa tindakan-tindakan tertentu ada yang merugikan diri sendiri atau anti sosial, dan pelakunya pastilah tidak punya pertimbangan yang sehat, masa bodoh atau neurotik, dan seharusnya mereka ini dibantu mengubah diri. Buruknya tindakan seseorang belum tentu menyebabkannya menjadi individu yang tidak berguna.
3.Ide bahwa “dunia akan kiamat” kalau segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana – bukannya gagasan bahwa segala sesuatu walaupun berjalan tidak sesuai keinginan, akan lebih baik kalau kita berusaha mengubah atau mengatur kondisi buruk tersebut sedemikian rupa seingga setelah itu besar kemungkinan kita akan berhasil mengatasi segala kesulitan. Kalaupun kemungkinan itu tidak ada, kita pun akan lebih baik bersabar menerima kenyataan dan tetap berusaha mencari jalan keluar.
4.Ide bahwa hal-hal yang membuat manusia menderita pasti datang dari luar dan ditimpakan pada diri kita oleh orang lain – bukannya gagasan bahwa sikap neurotik itu disebabkan oleh pandangan=pandangan kita sendiri akibat kondisi yang tidak menguntungkan di sekeliling kita.
5.Ide kalau satu hal sangat menakutkan atau berbahaya, maka kita seharusnya sangat terobsesi dengan hal itu – bukannya gagasan bahwa kita seharusnya dengan tabah menghadapi keadaan itu dan memandangnya sebagai bukan akhir dari segala-galanya.
6.Ide bahwa lebih mudah menghindar dari kesulitan hidup dan tanggung jawab ketimbang berusaha menghadapi dan menaklukannya – bukannya berpegang pada gagasan bahwa jalan yang mudah pada akhirnya akan menyusahkan diri sendiri.
7.Ide bahwa kita membutuhkan sesuatu yang lebih kuat atau lebih besar dari kita sendiri yang dapat dijadikan pegangan – bukannya gagasan bahwa lebih baik berpikir dan bertindak sesuai kehendak sendiri dengan apa pun resikonya.
8.Ide bahwa kita harus selalu punya kemampuan dan kecerdasan serta selalu berhasil mengelolanya dengan baik – bukannya gagasan bahwa lebih baik bertindak sesuai dengan kemampuan ketimbang hanya punya keinginan melakukan hal terbaik dan tidak mau menerima kenyataan bahwa diri kita adalah makhluk yang tidak sempurna dan pasti melakukan kesalahan.
9.Ide bahwa ketika satu peristiwa besar terjadi, peristiwa tersebut pasti berbekas dan mempengaruhi kehidupan kita selamanya – bukannya gagasan bahwa apa yang terjadi di masa lalu mesti dijadikan pelajaran buat hari ini dan masa yang akan datang, serta tidak selalu terpaku pada peristiwa masa lalu.
10.Ide bahwa kita harus mampu mengatur sesuatu dengan baik – sebagai pengganti dari gagasan bahwa dunia ini penuh dengan kemungkinan-kemungkinan tak terduga dan kita tetap bisa menjalani kehidupan dengan segala kemungkinan ini.
11.Ide bahwa kebahagiaan bisa dicapai dengan bakat alami yang ada dalam diri seseorang sejak lahir dan kebahagiaan itu ditujukan untuk diri sendiri – bukannya gagasan bahwa keinginan kita untuk bahagia ditentukan oleh kemauan kita mencapai tujuan secara kreatif atau selalu berusaha memproyeksikan usaha mencapai kebahagiaan itu keluar.
12.Ide bahwa kita pada akhirnya tidak dapat menguasai perasaan sendiri dan perasaan kecewa terhadap sesuatu pasti tidak bisa dielakkan – bukannya gagasan bahwa kita sebenarnya mampu mengontrol perasaan-perasaan buruk jika kit amau mengubah pengandaian-pengandaian yang menyebabkan lahirnya perasaan-perasaan buruk itu.
Secara ringkas, Ellis mengatakan ada tiga keyakinan irasional:
1.“saya harus mempunyai kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna”.
2.“orang lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan menderita.”
3.“kenyataan harus member kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa.”
Ellis juga menekankan pentingnya “kerelaan menerima diri sendiri”. Dia mengatakan bahwa tidak seorang pun yang akan disalahkan, dilecehkan, apalagi dihukum atas keyakinan atau tindakan mereka yang keliru. Kita haus menerima diri apa adanya, menrima sebagaimana apa yang kita capai dan hasilkan.
Dalam terapi:
Setelah rumus ABC, Ellis menambahkan rumus D dan E untuk terapis mengatasi masalah tersebut:
D = dispute = melawan keyakinan-keyakinan irasional itu.
Sehingga…
E = effects = klien menikmati dampak-dampak psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Para terapis harus bisa menentang keyakinan-keyakinan irasional, akan lebih baik lagi kalau mampu mengarahkan klien mencari argumen untuk membantah keyakinan irasional tersebut. Contoh:
1.Apakah ada bukti kuat yang mendukung keyakinan-keyakinan ini?
2.Lalu apa bukit yang melawan keyakinan-keyakinan ini?
3.Kira-kira apa dampak buruk yang akan terjadi kalau seandainya keyakinan-keyakinan ini ditinggalkan?
4.Apa pula dampak-dampak positif yang akan terjadi kalau keyakinan-keyakinan ini ditinggalkan?
Selain itu ada teknik-teknik lain seperti diskusi kelompok, pertimbangan-pertimbangan positif, kegiatan yang berisiko ganda, latihan-latihan empati, kepercayaan diri, dsb.


3 Tanggapan to “CBT (Cognitive Behavioral Therapy) – REBT (Rational Emotive Behavioral Therapy)”


  1. 1 msmisslolli
    Oktober 18, 2010 pukul 6:25 pm

    thank’s 4 d info..!!

  2. 2 Pute Psychology
    Januari 20, 2014 pukul 2:45 pm

    keren banget blognya..ngenak banget sama diri sendiri nih, hehe, smoga pikiran irrasional saya bisa diatasi..:)
    sukses yaa buat penulisnya ^^

    • 3 Lou
      Januari 28, 2014 pukul 4:31 pm

      Trima kasih. Tapi., ini sebenarnya catatan waktu kuliah..maksudnya, saya cuma ‘mengutip’ kata-kata orang lain dari beberapa buku…cuma sayangnya sumbernya gak tercatat. ..


Tinggalkan Balasan ke Pute Psychology Batalkan balasan


Blog Stats

  • 51.567 hits